Cakaplagi.com – Berikut ini tujuh fakta kasus santri tewas Ponpes Al Hanifiyah Kediri dianiaya senior yang belakangan menjadi sorotan publik.
Santri Ponpes Al Hanifiyah Kediri, Bintang Balqis Maulana (14) tewas dianiaya 4 seniornya. Santri asal Banyuwangi ini tewas dengan sejumlah luka hingga bekas sundutan rokok.
Korban meninggal pada Jumat (23/2) siang. Keluarga sempat tak menyangka Bintang diantar pulang ke rumah dengan kondisi sudah tidak bernyawa.
Mereka cuma bisa meratapi jenazah Bintang yang dipenuhi sejumlah luka. Kasus ini terungkap ke publik setelah video kemarahan keluarga korban kepada pria pengantar jenazah korban ke Banyuwangi viral.
Video tersebut beredar di media sosial hingga grup WhatsApp. Berikut Sederet Fakta Santri Al Hanifiyah Kediri Tewas Dianiaya Senior:
1. 4 Senior Santri Jadi Tersangka
Usai melakukan penyelidikan, polisi menetapkan empat santri sebagai tersangka dalam kasus penganiayaan hingga mengakibatkan tewasnya Bintang. Keempat tersangka tak lain merupakan senior atau kakak kelas korban di ponpes yang sama.
Keempatnya berinisial MN (18) asal Sidorjo, MA (18) asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar, dan AK (17) asal Surabaya.
“Minggu malam kami telah mengamankan 4 orang dan kita tetapkan sebagai tersangka dan kita lakukan penahanan untuk proses penyidikan lebih lanjut,” ujar Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji kepada wartawan, Senin (26/2/2024).
“Sejak dilaporkannya kasus ini di Polsek Glenmore Polresta Banyuwangi, Sabtu 24 Februari hasil koordinasi kami, kerja sama Sat Reskrim Polres Kediri Kota dan Sat Reskrim Polresta Banyuwangi telah melaksanakan tindak lanjut,” jelas Bramastyo.
2. Motif Pelaku Hajar Bintang hingga Tewas
Polisi membeberkan motif penganiayaan Bintang. Penganiayaan santri asal Banyuwangi itu diduga karena adanya kesalahpahaman.
“Motif diduga karena kesalahpahaman antara anak-anak pelajar. Jadi antara mereka mungkin ada salah paham kemudian terjadi penganiayaan yang dilakukan berulang-ulang,” ungkap Bramastyo Priaji.
Sayangnya, Bramastyo masih enggan menjelaskan kesalahpahaman seperti apa yang membuat korban dianiaya. Meski telah menetapkan olah TKP hingga penetapan 4 tersangka, lanjut Bramastyo pihaknya akan tetap berkoordinasi dengan pihak rumah sakit di Banyuwangi. Ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana para tersangka menganiaya korban.
Atas perbuatannya, keempatnya kini terancam Pasal 80 Ayat 3 tentang perlindungan anak, Pasal 170 dan Pasal 351 tentang penganiayaan berulang yang menyebabkan luka berat atau mati dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
3. Salah Satu Pelaku Sepupu Bintang
Suyanti, ibu Bintang mengungkapkan salah satu tersangka merupakan keponakannya atau sepupu Bintang. Keponakan yang jadi tersangka adalah AF.
“Iya, salah satunya memang sepupunya Bintang. Keponakan saya,” ujar Suyanti kepada detikJatim, Selasa (27/02).
Suyanti menuturkan, selama Bintang mondok, ia kerap menitipkan uang ke anaknya itu melalui AF. Lantaran AF lebih tua beberapa tahun, Suyanti juga berpesan agar menjaga anaknya.
“Iya, AF memang sepupu Bintang. Saya juga kalau meminta tolong agar Bintang dijaga dan uang jajan anak saya juga kepada dia,” jelas Suyanti dengan suara parau.
4. Pengakuan Pelaku pada Ibu Korban
Suyanti tak menduga anak bungsunya itu akan mati di tangan sepupunya sendiri. “Dia memang mengaku kepada saya malam itu. kalau dia juga yang mukuli, tapi ndak nemen. Cuma di sini, di sini, dan di sini,” kata Suyanti sambil menunjukkan bagian tubuh yang dipukul AF yakni pundak kanan kiri, dada, dan dagu.
“Maaf, saya ndak kuat mikir sampai situ. Ndak nyangka saja saya,” tutur Suyandi dengan nada suara bergetar.
“Yang saya nggak habis pikir, apa salah anak saya? Kok sampai tega dianiaya seperti itu,” tambah Suyanti.
5. Kondisi Mengenaskan Bintang
Ada sejumlah luka yang ditemukan di jasad warga Afdeling Kampunganyar, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi tersebut. Keluarga menemukan ada bekas sundutan rokok, luka lebam, hingga bekas jeratan di leher.
Sementara itu, Ponidi, tetangga Bintang menyebut, AF mengaku Bintang sempat dianiaya dengan benda tajam.
“Itu ada luka di dadanya itu benda tajam, ndak disebut apa benda tajam itu. Tapi kalau dilihat dari bentuknya kayak celurit itu,” kata Ponidi.
Luka itu, lanjut Ponidi, juga disaksikan oleh warga yang menyaksikan jenazah Bintang saat diantarkan ke rumah duka. Luka itu seperti di bagian pangkal pundak kiri dan kanan. Sementara pada leher terlihat bekas jeratan.
“Di pundaknya itu ada luka agak dalam, lehernya juga ada jeratan,” ungkapnya.
6. Pelaku Sempat Larang Buka Kain Kafan Bintang
Kondisi tersebut ditemukan keluarga korban saat jenazahnya tiba di rumah duka, Sabtu (24/2) malam. Mia Nur Khasanah (22), kakak korban, menemukan luka-luka tersebut usai kain kafan yang membungkus tubuh adiknya dibuka.
Menurut Mia, ceceran darah sempat keluar dari keranda yang membawa jasad adiknya tersebut. Berawal dari itulah kemudian dirinya meminta untuk dibukakan kain kafan yang membungkus jasad adiknya.
Permintaan keluarga awalnya sempat dihalangi FTH atau AF, sepupunya. AF ikut mengantar jenazah Bintang bersama bersama 4 orang lain dari pesantren.
“Kata sepupu saya sudah suci. Jadi nggak perlu dibuka (kain kafan) itu. Tapi kami tetap ngotot karena curiga adanya ceceran darah keluar dari keranda. Di situ perasaan saya dan ibu campur aduk,” ungkap Mia saat dikonfirmasi, Senin (26/2/2024).
Desakan keluarga ditambah tetangga yang ikut menyambut kedatangan jenazah Bintang tak mampu ditolak FTH, termasuk pihak pesantren. Kondisi jasad korban membuat keluarga dan tetangga yang melihat kaget.
“Astaghfirullah. Luka lebam di sekujur tubuh ditambah ada luka seperti jeratan leher. Hidungnya juga terlihat patah. Tak kuasa menahan tangis. Ini sudah pasti bukan jatuh, tapi dianiaya,” tegas Mia.
7. Jasad Bintang Sempat Diinapkan Semalam di Ponpes
Setelah tewas, tubuh Bintang ternyata sempat diinapkan di asrama ponpes. Hal ini terungkap dari pengakuan salah satu pelaku yang merupakan sepupu korban, AF.
Saat itu, jasad Bintang ditidurkan dan ditutup dengan sarung. Sedangkan posisi jasad Bintang ditempatkan di paling ujung bersebelahan dengan posisi tidur AF. Sedangkan satu asrama diketahui diisi 15 santri.
“Itu keterangan AF di depan polisi, kami semua menyaksikan. Memang Bintang sudah meninggal itu, waktu ditidurkan di kamar sama dia. Ditutupi sama sarung,” jelas tetangga Bintang, Ponidi.
Masih dalam keterangan AF, jasad Bintang sebenarnya sempat dibawa ke rumah sakit. Namun karena dinyatakan telah meninggal dunia, jasad Bintang kemudian ditidurkan di asrama.
“Rabu malam itu dibawa ke Rumah Sakit kata dia (FTH) tapi suruh bawa pulang (ditolak) karena sudah meninggal,” ungkap Ponidi.
Lantaran ditolak RS dan kondisi Bintang sudah meninggal, maka pelaku membawa jenazah Bintang ke asrama kembali dan diinapkan di salah satu kamar.
Pagi harinya, Kamis (22/2), jenazah Bintang dimandikan. Lalu pada Jumat (23/2), jenazah Bintang diantar ke rumahnya di Banyuwangi. Semula, disebutkan Bintang meninggal dunia karena terjatuh di kamar mandi.