Banjir Bandung Rendam Lima Kecamatan

Banjir Bandung

Cakaplagi.com – Banjir Bandung rendam lima kecamatan. Pemerintah Kabupaten Bandung telah menetapkan status siaga banjir yang mengakibatkan ribuan warga terdampak.

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung menunjukkan, lima kecamatan yang terdampak banjir ialah Dayeuhkolot, Bojongsoang, Kertasari, Katapang, dan Baleendah.

Daerah yang terdampak paling parah di Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot. Banjir di daerah ini disebabkan tanggul penahan air Sungai Cigede di desa tersebut jebol.

Ketinggian air yang menggenangi lokasi tersebut lebih dari 1 meter. Tim Basarnas Bandung bersama sukarelawan dan BPBD menyelamatkan 41 keluarga yang terdampak banjir di Citeureup.

”Sebanyak 130 warga dari Desa Citeureup telah diungsikan ke SMP Negeri 1 Dayeuhkolot. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,” papar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Uka Puji Utama, Jumat (12/1/2024).

Uka menuturkan, jumlah warga yang terdampak banjir di Dayeuhkolot mencapai 2.344 keluarga atau sebanyak 7.027 jiwa. Ribuan warga yang terdampak ini tersebar di 17 RW wilayah Dayeuhkolot.

”Kami masih mendata jumlah warga yang terdampak banjir di empat kecamatan lainnya. Kami akan menyiapkan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum warga yang mengungsi ke sejumlah lokasi yang aman,” tutur Uka.

Ia menambahkan, BPBD Kabupaten Bandung akan menggelar rapat bersama BMKG, Basarnas, dan pihak terkait pada Jumat ini. Rapat tersebut untuk membahas penetapan status tanggap darurat banjir.

Sementara itu, Hadi Rahmat Hardjasasmita selaku Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jawa Barat mengatakan, 600 keluarga terdampak banjir di Kelurahan Braga, Kota Bandung, pada Kamis pukul 17.10. Ratusan keluarga ini tersebar di empat RW.

Pemicu banjir ialah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat selama berjam-jam. Kondisi ini mengakibatkan debit air di Sungai Cikapundung meningkat dan salah satu tanggul penahan air yang berada dekat permukiman warga jebol.

”Sebanyak 150 warga mengungsi akibat banjir di Braga. BPBD Jabar telah mengirimkan 1.000 karung beras dan 200 selimut untuk para penyintas. Mereka membutuhkan tambahan selimut, pakaian kering, makanan, alat-alat kebersihan, dan terpal,” ujar Hadi.

Prakirawan Stasiun Klimatologi Jawa Barat Asri Rachmawati mengatakan, Jawa Barat sudah memasuki musim hujan. Puncak musim hujan untuk 27 kabupaten dan kota di Jabar diperkirakan pada akhir Januari dan Februari.

Ia memaparkan, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya hujan di sebagian wilayah Jawa Barat dalam sepekan ke depan. Faktor itu, antara lain, suhu muka laut di sekitar perairan Indonesia relatif hangat.

”Suhu permukaan laut yang hangat mengindikasikan potensi penambahan uap air ke wilayah Indonesia, termasuk Jawa Barat. Masyarakat di daerah rawan bencana harus waspada apabila terjadi hujan selama berhari-hari,” ucap Asri.

Ia mengungkapkan, pemicu terjadinya banjir dan longsor bukan saja hujan dengan intensitas lebat. ”Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang terjadi selama berhari-hari juga bisa berdampak bencana seperti longsor,” papar Asri.