Dunia Diambang Krisis Iklim: Dampak Mengancam, Upaya Global Diperlukan

Dunia Diambang Krisis Iklim

Cakaplagi.com – Planet kita dihadapkan pada krisis iklim yang kian mendesak, mengancam kehidupan manusia dan menghambat kemajuan pembangunan.

Pernyataan ini ditegaskan oleh Presiden Asian Development Bank (ADB), Masatsugu Asakawa, yang menyerukan peran aktif semua pihak untuk memitigasi krisis ini.

“Berbagai tantangan yang ditimbulkan krisis iklim berdampak signifikan pada pembangunan manusia dan ekonomi, menghambat banyak kemajuan yang telah dicapai,” ungkap Asakawa dalam konferensi pers di Hotel Biltmore, Tbilisi, Georgia, pada Jumat (3/5/2024).

Lebih lanjut, Vice-President for Market Solutions ADB, Bhargav Dasgupta, memaparkan bahwa dampak krisis iklim sudah nyata dan dirasakan masyarakat, seperti cuaca ekstrem berupa panas terik dan hujan deras yang tak terkendali di berbagai negara.

“Dampak perubahan iklim terhadap planet ini, khususnya di kawasan Asia Pasifik, sangatlah besar,” jelas Dasgupta kepada media.

Ia menegaskan, tanpa penanganan serius, situasi ini akan terus memburuk di masa depan dan membahayakan umat manusia.

Kekhawatiran tersebut diamini oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia. Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menjelaskan bahwa berbagai aspek terpengaruh oleh perubahan iklim, termasuk:

  • Peningkatan suhu global
  • Perubahan pola curah hujan
  • Kenaikan permukaan air laut
  • Dampak terhadap lingkungan dan manusia

Dwikorita mencontohkan mencairnya gletser atau lapisan es tropis di Puncak Jaya, Papua, sebagai bukti nyata perubahan iklim di Indonesia. Luas tutupan salju abadi di ketinggian 4.884 mdpl itu menyusut hingga 98%, dari 19,23 kilometer persegi pada tahun 1850 menjadi hanya 0,23 kilometer persegi pada April 2022.

Bukti lain adalah kenaikan suhu di Indonesia yang semakin terasa setiap harinya. Dwikorita mengungkapkan bahwa suhu global saat ini sudah mendekati batas yang disepakati bersama dalam Perjanjian Paris COP21 pada 12 Desember 2015.

Saat itu, seluruh negara sepakat untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global di angka 1,5 derajat Celsius. Namun, faktanya, kenaikan suhu melaju lebih cepat dan telah mencapai 1,45 derajat Celsius di atas suhu rata-rata di masa pra-industri.

Catatan BMKG menunjukkan bahwa laju kenaikan suhu di Indonesia mencapai 0,15 derajat Celsius per dekade.

Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan bahwa merujuk data Bappenas, perubahan iklim berpotensi menurunkan produksi padi Indonesia sebesar 1,13 juta ton dan 1,89 juta ton. Selain itu, lahan pertanian seluas 2.256 hektar sawah juga terancam kekeringan.

Menanggulangi Krisis Iklim: Tantangan dan Solusi Bersama

Krisis iklim bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan membutuhkan upaya kolektif dari seluruh elemen masyarakat global. Diperlukan komitmen kuat dan tindakan nyata dari berbagai pihak, termasuk:

  • Pemerintah: Merumuskan kebijakan dan strategi yang efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan transisi menuju energi terbarukan.
  • Industri: Mengadopsi praktik industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
  • Masyarakat: Mengubah gaya hidup dengan menerapkan prinsip-prinsip hemat energi dan ramah lingkungan.
  • Lembaga internasional: Meningkatkan kerjasama dan pendanaan untuk membantu negara-negara berkembang dalam memerangi perubahan iklim.

Setiap individu memiliki peran penting dalam memerangi krisis iklim. Dengan melakukan langkah-langkah kecil dalam keseharian, seperti menghemat energi, mengurangi konsumsi air, dan mendaur ulang sampah, kita dapat berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih lestari bagi planet ini.

Masa Depan yang Berkelanjutan: Bertindak Sekarang untuk Melindungi Bumi

Masa depan planet kita bergantung pada tindakan kita hari ini. Dengan meningkatkan kesadaran, memperkuat kerjasama, dan mengambil langkah nyata, kita dapat memitigasi dampak krisis iklim dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang.