Cakaplagi.com – Ingin tahu asal usul Kota Dumai? Bagi masyarakat Kota Dumai yang belum tahu asal mula kotanya bisa simak informasi singkat di sini.
Merangkum dari berbagai sumber, Senin (15/1/2024), berikut adalah asal usul Kota Dumai, sebuah kota terletak di Pesisir Provinsi Riau yang terkenal sebagai pelabuhan dan industri.
Dari beberapa cerita legenda di Provinsi Riau, Legenda Putri Tujuh erat kaitannya dengan asal usul nama Kota Dumai. Ini cerita legenda yang terkenal di tanah Melayu.
Legenda Putri Tujuh ini berasal dari Kota Dumai, dan menjadi asal usul nama dari Kota tersebut. Dahulu, di Kota Dumai berdiri sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung.
Kerajaan ini dipimpin oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Dikisahkan Cik Sima ini mempunyai 7 orang putri cantik.
Namun, diantara ketujuh putri-putri tersebut, si bungsu Putri Mayang Sari merupakan yang paling cantik. Kecantikan Mayang Sari bahkan terkenal ke negara-negara tetangga.
Suatu hari, mereka mandi di sungai Lubuk Sarong Umai. Terlalu asik mandi, mereka tidak sadar bahwa sedang diperhatikan oleh seorang pangeran.
Pangeran tersebut adalah Empang Kuala dari kerajaan tetangga. Diceritakan, pangeran Empang Kuala sedang lewat dan tak sengaja melihat ketujuh putri tersebut.
Kagum dan terpana atas kecantikan mereka, tetapi, perhatian Empang Kuala tertuju pada Mayang Sari. Empang Kuala segera kembali ke kerajaannya dan mengirimkan utusan ke kerajaan Seri Bunga Tanjung, untuk meminang Mayang Sari.
Akan tetapi, sesuai adat, yang mengharuskan putri tertua dahulu yang menikah sehingga menolak pinangan sang pangeran.
Bersikeras, Empang Kuala tetap menginginkan Mayang Sari untuk dipersunting. Tak mau kalah, Cik Sima tetap teguh pada adat yang ada.
Empang Kuala pun akhirnya murka dan mengirimkan pasukan untuk menyerang Seri Bunga Tanjung. Peperangan antara kedua kerajaan pun pecah.
Cik Sima yang takut terjadi apa-apa pada ketujuh putri-nya pun memutuskan untuk mengungsikan mereka ke sebuah hutan yang disembunyikan di sebuah lubang yang ditutupi atap yang terbuat dari tanah dan dihalangi oleh pepohonan. Tidak lupa Cik Sima membekali ketujuh putrinya makanan selama tiga bulan.
Di tengah peperangan, pasukan dari Cik Sima sudah mulai terdesak, banyak korban berjatuhan, situasi kerajaan yang porak poranda, sehinga Cik Sima meminta bantuan jin yang sedang bertapa di bukit Hulu Sungai Umai, dan jin tersebut menyetujuinya.
Ketika Pangeran Empang dan pasukannya sedang berisitirahat di malam hari dekat Hilir Sungai Umai. Tiba-tiba ribuan buah bakau berjatuhan menimpa Pangeran Empang dan pasukannya. Dalam waktu hitungan detik saja, pasukan dari Pangeran Empang dapat dilumpuhkan dan Pangeran Empang pun terluka.
Tak ingin kehilangan momen, Cik Sima mengirimkan utusan untuk menawarkan perdamaian pada Empang Kuala. Sadar peperangan ini sudah berlangsung lama dan tak menghasilkan apa-apa, Empang Kuala setuju dan peperangan pun berakhir.
Tak lama setelah perang berakhir, Cik Sima pun mengecek keadaan putri-putrinya. Alangkah terkejutnya Cik Sima, melihat keadaan ketujuh putri sudah tak bernyawa akibat kelaparan.
Dari situ Cik Sima menyesali perbuatannya yang mengakibatkan Cik Sima hilang harapan hidup dan jatuh sakit yang pada akhirnya Cik Sima meninggal dunia.
Nama Dumai sendiri diambil dari kata “d’umai” yang selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala ketika melihat kecantikan Putri Mayang Sari. Juga diambil sebagai kilang minyak di daerah Dumai, Kilang Minyak Putri Tujuh.