Cakaplagi.com – Pakaian Adat Dayak Motif Motif Ruit Besai yang dipakai Ketua DPR RI Puan Maharani di Sidang Tahunan MPR 2023 menjadi sorotan publik.
Publik yang penasaran langsung mengulik informasi dan ingin mengenal lebih dalam lagi tentang pakaian adat dayak motif ruit besai ala Puan Maharani.
Ketua DPR RI Puan Maharani tampak pakai baju adat dayak wanita pada sidang tahunana MPR 2023. Sosok begitu cantik dan menawan ketika pakai pakaian adat daya wanita.
Puan Maharani tampak memukau saat mengenakan pakaian adat dayak wanita asal Kalimantan Barat di Sidang Tahunan MPR 2023.
Pakaian bernuansa merah berupa gaun panjang berbahan tenun beserta penutup bahu yang dihiasi manik-manik di seluruh permukaannya.
Melihat dari unggahan di Instagram pribadinya, motif Ruit Besai yang dianggap sebagai lambang kebesaran dan keperkasaan oleh masyarakat Dayak.
Pada era kemerdekaan, motif ini biasanya dipakai sebagai penanda kemenangan. Berikut bunyi petikan caption dalam unggahan foto Puan Maharani di Instagram:
“Senada dengan motif kain ini, semoga kemenangan kita sebagai satu bangsa membuat Indonesia semakin bersatu, besar dan perkasa di kancah dunia… ????????????????,” tulisnya.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ini melengkapi penampilannya dengan ikat pinggang yang juga memiliki kombinasi serupa.
Selain itu, ia juga memakai ikat kepala berbahan tenun yang dilengkapi ornamen kerang serta bulu burung. Butuh waktu setidaknya 3,5 bulan untuk mengerjakan kain tenun yang dipakai oleh Puan Maharani.
Seluruhnya merupakan hasil karya Suku Dayak Iban yang tergabung dalam UMKM di Desa Umin Jaya, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Motif Ruit Besai jarang muncul karena tidak semua orang boleh membuat tenun ini di Desa Adat Dayak.
Carolina Jeniwati, pemilik sanggar busana Dayak di Ketapang, Kalimantan Barat berpendapat jika baju adat politikus itu termasuk bergaya modern kontemporer.
“Mungkin baju Bu Puan bisa dibilang udah dayak modern, kayak kombinasi gitu,” jelasnya seperti dikutip dari Kompas, Kamis (17/8).
Busana serupa banyak dipakai perempuan Dayak di berbagai kesempatan istimewa seperti gawai adat, pernikahan maupun acara formal lainnya.
Pilihan warna merah yang menyala itu bermakna semangat, berani dan menyala dalam tradisi suku Kalimantan ini. Ia menambahkan, baju adat Dayak Iban umumnya memiliki ciri khas paten sendiri.
“Baju Dayak Iban hiasan kepala dan ikat pinggangnya dari perak,” jelas perempuan yang juga pengrajin tenun ini. Namun ia menjelaskan jika setiap sub suku Dayak memiliki gaya dan motif baju masing-masing.
“Jadi setiap sub suku itu beda ya baju adatnya makanya kompleks sekali,” kata Carolina.
Kebanyakan tenun yang dipakai di Kalimantan Barat memang dibuat di Sintang, lalu dikreasikan dengan desain dan gaya masing-masing.
Ada pun, tampilan Puan Maharani di momen kenegaraan ini agaknya kompak dengan pakaian ibunya, Megawati Soekarnoputri. Mantan Presiden RI itu datang ke Kompleks MPR-RI dengan kebaya bernuansa merah putih.
Mengenal Pakaian Adat Dayak Motif Ruit Besai
Pada zaman dahulu, motif kain Ruit Besai dipakai untuk menjadi penanda kemenangan. Sebab saat zaman kemerdekaan, para pejuang berhasil meraih kemenangan manakala mengenakan Ruit ini.
Ruit sendiri merupakan buah tua yang sudah ada sejak zaman nenek moyang terdahulu.
Tokoh Perempuan Dayak Yolanda Lasarus mengatakan motif Ruit Besai merupakan motif kebesaran yang dalam adat Dayak hanya digunakan oleh tokoh-tokoh besar.
“Motif ini melambangkan kebesaran dan keperkasaan. Pengerjaannya tidak boleh sembarangan, hanya orang-orang tertentu yang boleh membuatnya,” ujar Yolanda.
Kain yang dikenakan Puan dibuat oleh Sub Suku Dayak Iban yang dikenal dengan nama Suku Dayak Desa. Pengerjaan kain motif ini dilakukan selama sekitar 3,5 bulan.
“Hanya perajin-perajin tua yang boleh membuatnya karena waktu dibuat ada ritual adatnya. Jadi nggak boleh sembarang orang yang buat, karena dianggap sebagai motif yang sakral,” jelas Yolanda.
Pada zaman dahulu, motif kain Ruit Besai dipakai untuk menjadi penanda kemenangan. Sebab saat zaman kemerdekaan, para pejuang berhasil meraih kemenangan manakala mengenakan Ruit ini.
Ruit sendiri merupakan buah tua yang sudah ada sejak zaman nenek moyang terdahulu. Yolanda mengatakan, motif Ruit Besai saat ini menjadi salah satu motif kain Dayak yang cukup langka.
“Motif ini jarang ditemui, karena kan tidak semua orang boleh mengerjakan ini di Desa Adat Dayak,” sebutnya.
Pemilihan kain motif Ruit Besai oleh Puan berawal saat Yolanda menunjukkan beberapa contoh kain motif Dayak kepada perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu beberapa waktu lalu. Puan pun langsung tertarik dengan motif Ruit Besai.
“Bu Puan feelingnya cukup kuat, jadi beliau pilih sendiri untuk motif ini. Bu Puan waktu datang ke Sintang memang juga sudah tertarik melihat hasil perajin-perajin di sana,” tutur istri Ketua Komisi V DPR Lasarus yang berasal dari Dapil Kalimantan Barat tersebut.
Setelah itu, dicarilah perajin kain motif Ruit Besai. Sementara untuk model pakaian yang digunakan Puan didesain oleh desainer lokal dari Pontianak bernama Mysha Hamisah.
“Perancangnya memang yang biasa merancang busana adat lokal Dayak. Karena untuk baju adat Dayak harus khusus agar betul-betul menggambarkan Dayak,” terang Yolanda.