Cakaplagi.com – Video viral Magelang berdurasi 22 detik, baru-baru ini menggemparkan jagat media sosial khususnya di TikTok dan Twitter.
Selain menghebohkan media sosial, video viral Magelang 22 detik juga membuat warga Kota Magelang, Jawa Tengah, mengurut dada atas perbuatan pelaku.
Di mana dalam rekaman video yang viral di media sosial, pemeran dari video berdurasi 22 detik adalah pasangan pelajar yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang mengaku prihatin atas perbuatan tak senonoh sejoli tersebut dan akan memanggil pihak sekolah dan melacak kedua pelajar tersebut.
Aksi mesum yang viral di media sosial tersebut dilakukan oleh pasangan pelajar di tempat terbuka, tepatnya di sekitar tanggul kali Kota Plengkung, Kota Magelang.
Dalam video yang berdurasi 22 detik tersebut tampak pasangan sejoli sedang memadu kasih dan masih memakai berseragam sekolah. Aksi pelajar ini menjadi perbincangan publik.
Atas perbuatan tak pantas yang dilakukan pelajar tersebut pihak Disdikbud Kota Magelang terus melakukan pelacakan dan memanggil pihak sekolah untuk dimintai keterangan.
“Kita belum jelas anak yang terlibat tersebut karena di situ hanya kelihatan dari belakang. Kita sebelumnya sebenarnya sudah melakukan langkah-langkah antisipasi termasuk ada kegiatan pembentukan karakter anak ada kegiatan literasi suci pada waktu pagi hari,” kata Kepala Disdikbud Kota Magelang, Imam Baihaqi.
Selain prihatin dengan perbuatan siswa didiknya, pihak Disdikbud Kota Magelang juga menyayangkan dengan adanya pengunggah video tersebut, lantaran dapat memengaruhi psikologi maupun masa depan anak.
“Kita cukup prihatin ya dengan kejadian itu apalagi ini di bulan Ramadan, tetapi kami juga menyayangkan kenapa kejadian ini kemudian diekspos karena ketika kejadian ini diekspos tidak ada kesempatan anak untuk membela diri, bahkan yang kami khawatirkan karena anak-anak ini masih di bawah umur saya khawatir dengan masa depan anak tersebut,” tambah Imam.
Imam menambahkan, video mesum tersebut sebenarnya tidak perlu diunggah di medsos, tetapi cukup dengan narasi sudah cukup atau langsung melaporkan kejadian tersebut ke pihak sekolah.
“Mungkin tujuannya untuk membuat jera tetapi ini juga akan mematikan masa depan anak. Kita menyayangkan anak tetapi juga menyayangkan kenapa video tersebut harus diekspos toh dapat dikomunikasikan dari pihak sekolah karena pakaiannya identitasnya ada,” terangnya.
Agar kejadian tidak terulang, pihaknya akan menggandeng instansi terkait, seperti polisi dan Satpol PP untuk melakukan kegiatan preventif terutama di jam-jam sibuk sekolah dan pulang sekolah.
“Untuk ke depan kita sudah berkoordinasi dengan Satpol PP dengan kepolisian untuk lebih memantau kegiatan anak-anak. Sebenarnya sebelumnya sudah ada tetapi saat ini kecolongan,” jelasnya.